Peringatan Gunung Agung

Rutinitas Harian

Suara bising mulai terdengar lagi di telinga Nadine. Setiap hari, setiap pagi, terdengar panggilannya untuk memaksa setiap pendengaran penduduk rumahnya untuk bangun dari tidur. Saat Nadine malas mengikuti jadwalnya, dilayangkan secara sembarang tangan menuju tempat benda bising itu berbunyi. Dihentikannya suara itu agar dia dapat beristirahat lagi sejenak. Nadine kembali ke alam bawah sadar. Tetapi itu hanya sesaat. Tak terasa, tak lama kemudian, benda itu mengeluarkan suaranya kembali, hingga mau tak mau, diapun benar-benar terbangun kembali.
Awan gelap yang perlahan menjadi terang datang. Nadine mulai berjalan ke sana-ke mari untuk membangunkan adik-adiknya yang memiliki jadwal kegiatan masing-masing. Susah payah dia membagunkan mereka yang juga malas memulai kegiatannya.
Nadine, si nomor satu, merapikan hasil karya tidur di matras perseginya yang empuk. Nando, si nomor dua, memetik dawai dengan memainkan suaranya mengikuti irama akustik guna untuk membangkitkan semangatnya. Nanda, si nomor tiga, melakukan kegiatan anak berbaktinya dengan mencuci piring yang berserakan di medan pertempuran sang ibu yang menyiapkan suapan pagi. Sedangkan Chandra, yang terkecil masih menutup mata melanjutkan mimpimya.
Kegiatan yang selalu dilakukuan berulang-ulang ini membuat Nadine dapat menghapal semua kebiasaan dia dan adik-adiknya. Jika sedang dalam suasana hati yang aman, mereka akan dengan tenang melakukan kebiasaan ini. Dengan damai dan tenang melakukan kagiatan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Jika dalam keadaan terburu-buru karena tidak mempedulikan si suara bising, yang sebelumnya diabaikan dan mengakibatkan mereka sendiri menjadi terlambat, emosi bisa datang kapan saja.
Tiap hari, tiap pagi, rumah terasa sibuk. Mesin air di kamar mandi yang mati hidup karena dipakai bergilir, suara buka tutup pintu keluar masuk seseorang mengambil dan memakai pakaian tujuan berikutnya, suara centang-centing piring saat melakukan kegiatan di meja makan, hingga akhirnya, suaran kendaraan beroda dua yang akan digunakan untuk tujuan masing-masing.
Pagi, pukul 07.00, Nadine menuju tempat menimba ilmu, yang tujuan perjalanannya paling jauh diantara mereka penduduk rumah, yang dapat memakan waktu 1 hingga 2 jam perjalanan. Suasana perjalanan yang padat. Jalan raya yang diisi oleh berbagai macam kendaraan mulai dari yang beroda dua, tiga, empat, bahkan ada yang delapan. Adapun petugas penjaga kedamaian perjalanan yang hampir tidak mengenal kata lelah saat menjulurkan tangannya berkali-kali, demi tugasnya menjaga kemanan kondisi jalan.
Kalau beruntung, perjalanannya bisa memakan waktu hanya 60 menit dengan kelancaran perjalanan yang konsisten. Kalau sedang terburu-buru mengejar waktu, perjalanan yang bisa memakan waktu 45 menit sambil memiliki pikiran ketakutan akan terlambat dan ketakutan akan aman atau tidaknya perjalanan yang tergesa-gesa. Kalau sedang ramai membeludaknya kendaraan yang bisa membuat kendaraan sulit bergerak, bisa  memakan waktu 75 bahkan hingga 100 menit waktu perjalanan. Sungguh hanya dia yang bisa mengatur waktu perjalanannya sendiri.
Setelah menghabiskan waktu di perjalanan, sampailah Nadine di tempatnya menimba ilmu. Di tempat yang sudah diperbolehkan sebagai pelajar memakai pakaian bebas, bukan lagi berseragam seperti sebelumnya. Di tempat yang tidak memerhatikan waktu keterlambatan karena sudah risiko masing-masing. Di tempat yang mungkin tidak dapat membedakan mana yang pengajar dan mana yang pelajar. Kampus. Tempat mahasiswa menimba ilmu yang lebih dalam lagi dibandingkan pendidikan SMA.
Kampus tempatnya menimba ilmu adalah tempat khusus yang lulus dengan bergelar diploma. Kampus yang tidak lebih besar dari kampus sebelahnya yang walaupun sama-sama memakai jaket almamater berwarna kuning terang. Kampus yang dahulunya satu dengan universitas terkenal di Indonesia yang juga menggunakan nama Indonesia. Kampus yang letaknya tidak sesuai dengan namanya. Politeknik Negeri Jakarta yang berada di Depok.
Di kampus, banyak kegiatan yang bisa membuat Nadine secara tak sadar sudah berada di sana dari pagi hingga siang hari, terkadang bahkan menjelang sore hari. Meskipun tidak sesibuk mahasiswa aktif lainnya, Nadine berusaha untuk tidak berdiam diri atau sebagai mahasiswa yang sering disebut kupu-kupu yang kepanjangannya kuliah pulang-kuliah pulang saja. Banyak hal yang bisa dilakukan. Mulai dari belajar, makan di kelas atau kantin, berkumpul dan bermain bersama teman-teman, membaca dan mengerjakan tugas di perpustakaan, bahkan tidur di kelas. Masa-masa bebas yang belum tentu semua dapat dilarang.
Hingga sorepun tiba, kegiatan yang ada di kampus selesai, Nadinepun kembali mengendarai kendaraan roda duanya untuk kembali menuju tempat tinggalnya. Perjalanan kembali ke rumah pun tidak kalah menakjubkan suasananya. Berbagai macam kendaraan yang berkumpul di berbagai jalan yang ditempuh kembali menyeruak. Jika Nadine dalam perjalanan pukul 4 sore, maka itu adalah awal mula waktu kemacetan.
Diperjalanan yang padat, sempit, ramai, menyeruak, biasa diperkirakan memakan waktu 75 sampai dengan 100 menit. Tak terasa saat sanpai di rumah, langit gelap muncul dengan mengumandangkan suara adzan di masjid sekitar rumahnya.
Lelah terasa saat sampai di rumah. Belum lagi saat memikirkan adanya tugas kuliah yang memenuhi jadwal pengerjaannya. Tetapi, meskipun begitu, tetap dikerjakannya semua aktivitas yang rutin itu. Mengapa? Jawabannya adalah karena sudah terbiasa. Sudah dapat membiasakan diri dengan kesibukan sebagai seorang anak, kakak dan mahasiwa yang memiliki berbagai macam kebiasaan dan kegiatan.

Komentar